Benarlah kiranya mahasiswa sebagai kaum
intelektual muda sudah demikian ditunggu kiprahnya di masyarakat. Harapan akan
terciptanya tatanan masyarakat yang sejahtera dan bangsa yang berdaulat serta
bermartabat, dan munculnya gerakan perbaikan yang menghalau bangsa keluar dari
roda pelik kerunyaman masalah yang seolah kunjung tiada habisnya, sebut
saja terkikisnya budaya warisan leluhur bangsa akibat rasa nasionalisme yang
semakin padam di kalangan masyarakat khusus nya mahasiswa. Mereka lebih tertarik pada kehidupan hedonis (kesenangan) dengan dunia
orang lain. Kita bisa melihat banyak pemuda yang tidak peduli dengan kondisi
keterpurukan yang melanda bangsa ini. Seiring dengan zaman dan budaya – budaya
asing yang kian merajalela di Indonesia. Sebut saja demam K-pop korea, drama
asing yang hanya mengajarkan pada kita kehidupan duniawi saja. Budaya bangsa
yang diakui oleh negara lain sedangkan kita hanya diam terpaku meringis menahan
rasa malu karena ketidakberdayaan kita untuk membuktikan bahwa kita memiliki
nya. Jiwa dan rasa Nasionalisme yang
tertanam dalam diri bangsa Indonesia semakin luntur, Kondisi ini tidak lepas
dari fenomena global yang berkembang pesat, ketidaksiapan dan kemampuan mental
dalam menghadapi ancaman globalisme dan neoliberalisme serta di dukung oleh
rasa individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian mahasiswa dengan budaya
asli Indonesia. Tingginya tingkat
pengadopsian budaya asing yang melanda masyarakat Indonesia dewasa ini juga
disebabkan oleh masih kurangnya informasi, pemahaman, dan penghayatan terhadap
nilai-nilai budayanya sendiri menjadi sebuah keniscayaan.
Seperti ucapan dari Sang Proklamator
kita Bapak Soekarno bahwa “Berikan aku sepuluh
pemuda yang cinta akan tanah air Indonesia, maka aku akan menguncang dunia."
Magnis-Suseno (1993) juga menyatakan bahwa perlunya warisan budaya,
khususnya budaya "berpikir" bangsa Indonesia diangkat ke dalam
kesadaran adalah agar bangsa Indonesia menemukan (sebagian dari) kebenaran
tentang dirinya sendiri. Dalam masa perubahan sosial yang sedang dialami
masyarakat Indonesia, identitasnya terancam, sehingga identitas itu perlu
dijamin terus.Dalam pasal 32 UUD 1945 dinyatakan:
"Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia." Ini berarti
bahwa masalah kebudayaan nasional adalah masalah kenegaraan, sehingga perlu
ditangani secara sungguh-sungguh oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia guna
membentuk suatu kebudayaan nasional. Salah satu wahana untuk memajukan
kebudayaan nasional tersebut adalah melestarikan warisan budaya bangsa yang
dilaksanakan mualai dari hal terkecil dalam kehidupan sehari-hari kita.Lalu bagaimana kiprah mahasiswa sebagai seorang pemimpin yang
berjuang dalam pelestarian Budaya Bangsa?Mahasiswa sebagai Agent of
Information,diharapkan mampu mempengaruhi atau menjadi penyuluh pada basis
masyarakat baik dalam lingkup kecil maupun secara luas. Dengan tataran ideal
seperti itu mahasiswa dapat mengambil peran kemasyarakatan yang lebih
bermakna sebagai corong penyuluh dan agen informasi bagi
masyarakat. Contoh riil nya kita menjadi guide
tour dalam acara resmi penyuluhan budaya di setiap kelurahan. Mahasiswa sebagai
Inisiator of Change dimana mahasiswa
menjadi inisiatif atau pencetus perubahan itu sendiri yang tentunya menjadi
teladan ke arah yang lebih baik. Contoh riil nya di UNS sendiri terdapat UKM
universitas yakni BKKT (Badan Koordinasi Kesenian Tradisional) yang
berkontribusi dalam kegiatan pembelajaran dan pelestarian kesenian tradisional
Jawa. Kita sebagai mahasiswa bisa memberi penyuluhan serta ajakan untuk bermain
dan berlatih berkesenian entah itu dalam hal tari maupun musik. Bidikan kita
adalah para pemuda di lingkungan sekitar atau masyarakat luas eks.Surakarta. Mahasiswa memang
sebagai harapan dan tumpuan dalam perbaikan dan kemajuan Bangsa Indonesia.
Percayalah, membantu menyukseskan orang lain adalah cara tercepat menuju
kesuksesan. Membantu memuliakan orang lain adalah cara tercepat menuju
kemuliaan. Membantu membahagiakan orang lain adalah cara tercepat menuju
kebahagiaan. Sungguh, ini adalah hukum kausalitas. Diharapkan kita tidak
terlena dengan duniawi saja, melainkan tetap berkontribusi penuh dalam menebar
benih perbaikan di masyarakat mengenai budaya asli Indonesia, tetap
mengedepankan rasa nasionalisme yang membara serta yang terpenting adalah
bangga mengakui bahwa kita mahasiswa yang sangat cinta akan tanah air
Indonesia.
Bagus tulisannya, bahasa yang digunakan juga mudah dipahami sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami oleh pembacanya.
BalasHapusBenar benar memberikan sebuah pandangan bagaimana mahasiswa berperan sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi.