Senin, 03 November 2014

GENRE PROGRAM IN FAMILY RESILIENCE AND WELFARE DEVELOPMENT

·         What is GenRe
·         One attempt of creating a high-quality and good-character young generation in the future. This program had been starting since 2010 through the created program with Counseling Information Center (PIK). This program is foreshadowed by many cases befalling the young generation such as free sex, abortion, drug abuse, and HIV/AIDS.

Background of GenRe Program Creation
·         The adolescent problems today are the example of very complex problem, such as NAPZA and HIV AIDS case in 2008
·         In which 51,986 (45.04%) of users are adolescent (16-24 years old). 5,484 (4.75%) of them are students and 4,055 (3.52%) are college students.
·         For HIV and AIDS case, it indicates that nearly a half (45.9%) of  26,463 persons (cumulative AID case) derives from 20-29 year age group. (Source: BNN, 2008)

GenRe Program
·         Is implemented through 2 approach programs: the approach to the adolescents themselves through the development of adolescents/college students PIK (PIK R/M) and the approach to parents through Family Adolescents Building Group Development.
·         There is another program, What is it?

How is the correlation between GenRe and Family Resilience and Welfare
·         Seeing the extent to which those programs can involve the society in the attempt of empowering them to improve their standard of living.
·         The society development programs are undertaken by considering such principles as: 1) participation, 2) empowerment, 3) independency, 4) cooperation, sustainability, and (6) partiality to lower-class society
·         So that the society problems can be accommodated by the central level through the GenRe program, to be solved for achieving the Indonesian Family Welfare.

The role of College Students (GenRe Ambassador) in achieving the society welfare program
·         Socialization???
·         Concrete Form
·         The establishment of Grievance Community around adolescent problems in the society.

1.      Useful as the communication and counseling forum that is educative in nature and an alternative that can be distributed among other adolescents to be applied in daily life.
2.      Considering the data above, the preventive attempt against HIV/AIDS and NPZA should be done early to the adolescents. In order to deal with these adolescent problems, the government had made some attempts through a variety of programs implemented cross-institution. Through BKKBN.
3.      GenRe program is also socialized through various media (printed and electronic)
The GenRe college student ambassador selection is held as the figure of motivator.
Why?
It is felt more effective because the established communication is done with the from, by, and for student approach.
In society environment, the icon of ambassador generally gives additional value in implementing the program socialization.
4.      The nation’s future is highly affected by the quality of young generation currently, recalling that the adolescent is the very valuable asset and later will become the determinant of development success in the future.

a)      the form of socialization includes
we as the GenRe ambassador student begins the preventive attempt from ourselves, and then gradually do sharing with our friends in campus/residence environment.
Example: socialization about the effect of early marriage → appropriate solution → preventive attempt in pengajian or karang taruna event.
Because human being is basically a social/societal creature, according to Aristotle, called as “Zoon Politicon, so that she/he should be able to live reasonably being alone.
b)      The concrete form includes
We cooperate with the Central Government in implementing sexual education at schools. However, we should hold survey first or distribute questionnaire to the students. What are the problems, what do they know about sex. Thus, in the future, we know how to solve the problems.
According to dr. Boyke Dian Nugraha, SpOG.
Sexual education does not improve the sexual activity but will improve an individual’s awareness of his/her reproductive health.
c)      Try to establish the Adolescent Problem Grievance Community within the society.
That presumably can accommodate their grievances → help solve the problem  → give support or morale education to the society.


BEASISWA BAKTI NUSA

"Terima kasih" kalimat itulah yang bisa menggambarkan suasana hati saya pada saat itu. Dari sekian mahasiswa UNS yang mendaftar, hanya 28 (dua puluh delapan) pelajar termasuk saya yang lolos seleksi. Tercatat hanya 2 (dua) pelajar yang mewakili dari Fakultas Hukum. Tahap Seleksi Administrasi yang sangat menyita waktu kuliah dan organisasi, akhirnya bisa saya selesaikan dengan hasil yang maksimal. Mulai dari mengunduh semua berkas, menyiapkan Surat Rekomendasi dari Dosen FH, membuat essay yang tentunya harus menarik, yang mewakili bagian dari hidup saya, masa depan saya serta kontribusi apa yang saya berikan untuk Indonesia.

Seleksi tahap kedua yakni FGD (Focus Group Discussion)dengan semua peserta. Dimana kami diberi kasus, kemudian diberi kesempatan untuk mengutarakan pandangan masing-masing. Suasana ruangan begitu panas ketika kami berdebat tentang analisis pro dan kontra masing-masing peserta dengan kasus tersebut. Harus konsisten dengan pandangan masing-masing, atau memang ikut terseret arus menyetujui pendapat lawan.

Seleksi tahap ketiga yakni Presentasi dengan para juri, yang notabene mereka adalah aktivis, jurnalis dan salah satu penggede Dompet Dhuafa. Setelah selesai presentasi, isi dari apa yang telah kita sampaikan ibarat dikuliti, dikupas habis. Anggap saja saat itu saya sedang ujian kompre atau sidang skripsi. Satu hal yang perlu diperhatikan disini adalah percaya diri, tidak egois dengan pandangan kita, serta gagasan kita harus aplikatif.

Mulai dari dana beasiswa sampai Character Building dari beasiswa ini lebih kreatif dan lebih besar dibanding dengan beasiswa lain. Semuanya terbaik diantara yang baik...Bersyukur!!!!

PROPOSAL HIDUP

Dalam salah satu surat-Nya Allah berfirman:“Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka sendiri yang merubahnya” (Q.S Ar-Rad’u: 11). Bahwa yang namanya perencanaan hidup yang spesifik dan tertulis sangatlah penting, karena ketika kita  mengetahui (menginstal) arah dan tujuan hidup kita dengan jelas, spesifik dan tertulis maka alam bawah sadar (pikiran bawah sadar), sikap, perilaku dan perkataan kita pun dengan tidak sadar sedikit demi sedikit dengan sendirinya akan berkorelasi dan bergerak selaras dengan tujuan itu, sekali lagi tanpa kita sadari. Sehingga sampai saat ini saya paham bahwa salah satu pembeda dari orang-orang yang berhasil dan berkelimpahan (makmur) adalah karena mereka dari awal sudah mengetahui dengan jelas akan kemana mereka melangkah, mengetahui dengan spesifik tujuan hidup mereka, dan menuliskannya dengan rinci setiap rencana-rencana hidupnya sehingga mereka mempunyai blue print yang jelas mengenai hidupnya.
Sama halnya dengan saya, saya mempunyai proposal hidup demi cita-cita dan keinginan di masa mendatang. Saya memiliki beberapa kelebihan dibandingkan orang seusia saya. Pertama, saya dapat memahami orang dengan sangat baik dan senang memberikan solusi terhadap orang-orang yang meminta pendapat saya. Kedua, saya memiliki tingkat keseriusan dalam mengerjakan sesuatu apalagi hal itu bermanfaat mutualisme bagi saya maupun orang lain. Ketiga, saya type orang yang setia terhadap suatu hal maupun barang apalagi pekerjaan yang menurut saya menyenang kan dan memberi kontribusi positif bagi kehidupan saya dan masyarakat.

Kita hidup mengikuti kebiasaan yang sudah berlaku, terus bekerja dengan keras namun kehilangan kesempatan mengetahui bahwa di dekat kita banyak peluang yang bisa memberi kebahagiaan bagi kita. Untuk menghindari hal itu kita harus menentukan arah hidup kita, tidak asal ikut-ikutan tradisi yang sudah ada. Maka dari itu bukan maksud untuk berbeda dari takdir yang telah ditentukan namun kita harus lebih jeli dalam membaca peluang yang ada di sekitar kita.
Mulai hari ini, saya akan menghilangkan hal-hal yang bisa merusak hidup saya di masa yang akan datang.  Saya tidak lagi  menunda-nunda pekerjaan.  Membuang jauh-jauh perasaan egois yang terkadang datang tanpa di undang. Selain itu, saya juga akan mengurangi hal-hal yang merugikan hidup saya khususnya: menyepelekan sesuatu. Sedangkan hal-hal yang perlu saya tingkatkan adalah banyak belajar ilmu kepolisian dan ilmu hukum serta menambah wawasan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu lewat berbagai media, disiplin waktu dalam semua hal, meningkatkan semangat untuk melakukan yang terbaik bagi hidup saya dan hidup orang lain yang ada di sekitar saya.
Di penghujung proposal hidup saya ini, saya sangat yakin dalam setiap langkah, dan semangat yang ada pada diri saya ini. Apa yang saya ingin kan belum tentu terlaksana mengingat Allah SWT senantiasa lebih tahu apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Semoga ke depannya memang terealisasi dan berguna bagi kehidupan dunia dan akherat. Tak lupa di setiap kesempatan saya selalu menyempatkan ucapan syukur di setiap tahapan yang telah saya lalui dan tetap berpegang teguh pada prinsip saya bahwa semua nya kita yang melakukan perubahan itu, namun Allah SWT yang bisa mengerti bahkan bisa mewujudkan itu semua. Amiiin Ya Rabbal Alamin!!!!

MAHASISWA SEBAGAI PEMIMPIN yang BERBUDAYA

Realita berbicara bahwa mahasiswa secara historis telah mencatatkan kaki dalam sejarah perubahan, menjadi garda terdepan, dan motor penggerak perubahan namun terdapat banyak kekurangan di dalam benak mahasiswa itu sendiri. Berbagai kebijakan kampus kita hari ini memang tidak banyak memberi peran nyata pada mahasiswa untuk berkontribusi kepada masyarakat. Mulai dari kurikulum yang lebih mendukung kelassentris, kultur dosen yang apatis dalam menjadi teladan pengabdian masyarakat. Organisasi mahasiswa tidak dapat menjadi kawah candradimuka yang bagus lagi karena banyak aktivis karbitan yang lebih banyak makan anggapan dan pujian dari pada meneguk pahitnya realita karena terbiasa terjun dan bertanya. Eksistensi gerakan mahasiswa tinggal menjadi pelengkap dinamika kampus lagi karena minimnya aktivis yang ideologis, lantaran banyak aktivis pragmatis yang salah belajar dan berproses tanpa adanya tekad untuk menjunjung tinggi pendidikan progresif seperti hal nya wacana dari Sang Begawan Hukum Prof.Satjipto Raharjo. Bisa jadi memang tidak ada sistem antara masyarakat dan kampus yang terbangun secara nyata. Semuanya hanya saling menuntut tanpa ada jembatan yang menghubungkan di antara mereka. Ketiga hal masalah di atas butuh penyelesaian. Maka khususnya kepada mahasiswa, mari lebih dekat lagi dengan masyarakat. Arahkan semua potensi organisasi dan pergerakan yang ada untuk merekrut mahasiswa yang kemudian diajari peduli dengan masyarakat dan lingkungan sekitar nya.
Benarlah kiranya mahasiswa sebagai kaum intelektual muda sudah demikian ditunggu kiprahnya di masyarakat. Harapan akan terciptanya tatanan masyarakat yang sejahtera dan bangsa yang berdaulat serta bermartabat, dan munculnya gerakan perbaikan yang menghalau bangsa keluar dari roda pelik kerunyaman masalah  yang seolah kunjung tiada habisnya, sebut saja terkikisnya budaya warisan leluhur bangsa akibat rasa nasionalisme yang semakin padam di kalangan masyarakat khusus nya mahasiswa. Mereka lebih tertarik pada kehidupan hedonis (kesenangan) dengan dunia orang lain. Kita bisa melihat banyak pemuda yang tidak peduli dengan kondisi keterpurukan yang melanda bangsa ini. Seiring dengan zaman dan budaya – budaya asing yang kian merajalela di Indonesia. Sebut saja demam K-pop korea, drama asing yang hanya mengajarkan pada kita kehidupan duniawi saja. Budaya bangsa yang diakui oleh negara lain sedangkan kita hanya diam terpaku meringis menahan rasa malu karena ketidakberdayaan kita untuk membuktikan bahwa kita memiliki nya.  Jiwa dan rasa Nasionalisme yang tertanam dalam diri bangsa Indonesia semakin luntur, Kondisi ini tidak lepas dari fenomena global yang berkembang pesat, ketidaksiapan dan kemampuan mental dalam menghadapi ancaman globalisme dan neoliberalisme serta di dukung oleh rasa individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian mahasiswa dengan budaya asli Indonesia. Tingginya tingkat pengadopsian budaya asing yang melanda masyarakat Indonesia dewasa ini juga disebabkan oleh masih kurangnya informasi, pemahaman, dan penghayatan terhadap nilai-nilai budayanya sendiri menjadi sebuah keniscayaan.
Seperti ucapan dari Sang Proklamator kita Bapak Soekarno bahwa “Berikan aku sepuluh pemuda yang cinta akan tanah air Indonesia, maka aku akan menguncang dunia." Magnis-Suseno (1993) juga menyatakan bahwa perlunya warisan budaya, khususnya budaya "berpikir" bangsa Indonesia diangkat ke dalam kesadaran adalah agar bangsa Indonesia menemukan (sebagian dari) kebenaran tentang dirinya sendiri. Dalam masa perubahan sosial yang sedang dialami masyarakat Indonesia, identitasnya terancam, sehingga identitas itu perlu dijamin terus.Dalam pasal 32 UUD 1945 dinyatakan: "Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia." Ini berarti bahwa masalah kebudayaan nasional adalah masalah kenegaraan, sehingga perlu ditangani secara sungguh-sungguh oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia guna membentuk suatu kebudayaan nasional. Salah satu wahana untuk memajukan kebudayaan nasional tersebut adalah melestarikan warisan budaya bangsa yang dilaksanakan mualai dari hal terkecil dalam kehidupan sehari-hari kita.Lalu bagaimana kiprah mahasiswa sebagai seorang pemimpin yang berjuang dalam pelestarian Budaya Bangsa?Mahasiswa sebagai Agent of Information,diharapkan mampu mempengaruhi atau menjadi penyuluh pada basis masyarakat baik dalam lingkup kecil maupun secara luas. Dengan tataran ideal seperti itu mahasiswa dapat mengambil peran kemasyarakatan yang lebih bermakna  sebagai corong penyuluh dan agen informasi bagi  masyarakat. Contoh riil nya kita menjadi guide tour dalam acara resmi penyuluhan budaya di setiap kelurahan.            Mahasiswa sebagai Inisiator of Change dimana mahasiswa menjadi inisiatif atau pencetus perubahan itu sendiri yang tentunya menjadi teladan ke arah yang lebih baik. Contoh riil nya di UNS sendiri terdapat UKM universitas yakni BKKT (Badan Koordinasi Kesenian Tradisional) yang berkontribusi dalam kegiatan pembelajaran dan pelestarian kesenian tradisional Jawa. Kita sebagai mahasiswa bisa memberi penyuluhan serta ajakan untuk bermain dan berlatih berkesenian entah itu dalam hal tari maupun musik. Bidikan kita adalah para pemuda di lingkungan sekitar atau masyarakat luas eks.Surakarta.            Mahasiswa memang sebagai harapan dan tumpuan dalam perbaikan dan kemajuan Bangsa Indonesia. Percayalah, membantu menyukseskan orang lain adalah cara tercepat menuju kesuksesan. Membantu memuliakan orang lain adalah cara tercepat menuju kemuliaan. Membantu membahagiakan orang lain adalah cara tercepat menuju kebahagiaan. Sungguh, ini adalah hukum kausalitas. Diharapkan kita tidak terlena dengan duniawi saja, melainkan tetap berkontribusi penuh dalam menebar benih perbaikan di masyarakat mengenai budaya asli Indonesia, tetap mengedepankan rasa nasionalisme yang membara serta yang terpenting adalah bangga mengakui bahwa kita mahasiswa yang sangat cinta akan tanah air Indonesia.

Minggu, 24 Agustus 2014

WANITA SHALIHAH ADALAH PARA PEMBURU SURGA

Terlepas dari julukan "wanita karier" atau "ibu rumah tangga" semua halal di mata Allah SWT. Saat interview pun banyak orang yang menganggap hal ini sepele, padahal ibu rumah tangga adalah para pemburu surga. Jika kita sebagai wanita pada akhirnya akan merawat suami dan anak-anak kita kelak, kita bukanlah "pembantu shalihah" melainkan "wanita shalihah" yang beruntung.

Masih terbayang dengan jelas Q.S Al Ahzab:33, Q.S An Nisa:34, Q.S An Nur:31, Q.S Ar Rum:21.
"Dunia ini adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita shalihah, wanita yang baik dalam agamanya, rumah tangganya, serta pergaulannya". (HR Muslim)

"Sebaik-baik wanita ialah, jika engkau pandang ia menyenangkanmu, jika kau perintah ia menaatimu, jika kau tinggalkan ia menjagamu dalam hal harta dan menjaga dirinya", (HR An Nasa'i)

"Wanita itu pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya". (HR Bukhari)

Utamakan rumah tangga daripada kesibukanmu mencari harta dunia, karena Ibu adalah madrasah utama bagi anak-anaknya. Jika kita hanya dipandang sebelah mata oleh orang lain atau bahkan kita susah untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan kita. Jawabannya hanya 3 (tiga) yakni "Iman, Ilmu dan Imam". Saya pribadi berniat berbagi ilmu dan masih dalam tahap belajar. Kritik dan saran yang membangun juga saya butuhkan..Terimakasih