Rabu, 11 Maret 2015

Essay Mengapa Saya Ingin Menjadi Seorang Trainer!!!


RISKA EGA WARDANI/E0010308
Essay Mengapa Saya Ingin Menjadi Seorang Trainer!!!
Suramnya realitas kehidupan  remaja saat ini memang sudah  mencakup hal klimaks. Sebagai contoh didapatinya pola pengajaran tinggi hukum yang hanya bersifat teknologis yakni hanya menjalankan peran Undang-Undang secara benar, hanya menekankan pada pola dan cara-cara penggunaan pengetahuan hukum  sehingga menciptakan pemikiran manusia hukum yang craftmanship[1]. Hal itu sangat bertolak belakang dengan pola pendidikan  tinggi hukum yang humanis, yang mengedepankan kemanusiaan dan keadilan di dalam masyarakat.  
Salah  satu bentuk upaya preventif untuk menanggulangi hal tersebut maka dibutuhkan Training sebagai bentuk pengaktualisasian diri agar menjadi pribadi yang lebih baik. Karena di dalam training kita bisa saling bertukar pendapat dengan teman, mencari perbedaan sebagai bentuk perbaikan diri serta memperdalam pengetahuan non akademik kita. Training adalah metode pembelajaran aktif yang menggunakan prinsip psikologi untuk mengubah perilaku atau meningkatkan knowledge (pengetahuan), skill & ability (kemampuan). Training juga dilakukan untuk mengembangkan kualitas SDM yang merupakan kebutuhan setiap insan akan ilmu yang bermanfaat. Selain itu, training juga dilakukan untuk menghindari akibat negatif dari kurangnya ilmu dan motivasi.
Di dalam Training yang menjadi inti pokoknya adalah trainer-nya. Trainer-lah yang mampu mempengaruhi, mewarnai dan  menentukan bagaimana warna training tersebut. Trainer jugalah yang menentukan training tersebut berjalan, suasana serta bagaimana keterlibatan peserta dibangun. Oleh karena itu pribadi trainer merupakan kunci keberhasilan training. Kesimpulannya Trainer adalah orang yang membantu peserta training untuk menambah wawasan, pengetahuan, mengubah perilaku menjadi lebih produktif dan meningkatkan kecakapan serta ketrampilan mereka melalui kegiatan training. Dan pada dasarnya harus mempunyai keyakinan terlebih dahulu terhadap apa yang dilakukan, dengan begitu harapannya yang bersangkutan dapat mengerti apa yang harus dilakukan.
Berlatar belakang dari hal itulah mengapa saya ingin menjadi seorang Trainer, karena begitu banyak manfaat yang saya dapat untuk melatih leadership, pengetahuan serta kecakapan saya dalam berbicara di depan publik. Pengalaman itulah yang  ke depannya dapat  menambah  poin plus untuk melamar pekerjaan. Karena saya telah terlatih untuk mengahdapi suatu masalah, bercengkerama dengan orang lain, mencoba menerima kelebihan orang lain untuk saya jadikan modal dalam  perbaikan diri saya. Seperti pendapat salah seorang praktisi hukum yakni John Dewey bahwa pentingnya penekanan belajar lewat pengalaman (learning by doing)[2].
Karena Kesuksesan seseorang lebih banyak ditentukan oleh soft-skillnya sehingga Kesempatan menjalin networking dengan cepat terbuka lebar. Ada kepuasan batin yang tidak ternilai harganya saat menjadi trainer yang dalam penerapannya dapat menambah ilmu dan saling menularkan energy positif (semangat). Trainer bisa menjadi teladan & bukti. Kesalahan trainer yang membuat dia jatuh adalah bahwa dia mengajarkan sesuatu yang tidak dilakukannya. Trainer sebaiknya menjadi teladan baik saat training maupun di luar training. Bekerja dalam team. Biasanya trainer yang bagus bekerja dalam team dan menunjukkan teamwork yang bagus. Bahkan, bagi trainer pemula bisa bergabung dalam tim yang sudah terpercaya untuk mempercepat kariernya. Dari sekian manfaat yang saya utarakan di atas tadi, membuat langkah saya semakin yakin mengapa saya sangat antusias untuk mejadi seorang trainer.
Apa yang saya lakukan ketika menjadi trainer adalah menyusun tujuan dari training tersebut dengan menganut sistem SMART yakni:
·         Specific yang berarti khusus, terbatas, jelas. Artinya bahwa training diperuntukkan siapa, bagaiaman kondisi peserta, apakah tujuan pemberian training tersebut.
·         Measurable yang berarti dapat diukur secara kuantitatif. Kita tidak inginkan training sekedar kegiatan presentasi dan selesai, diharapkan training juga bisa berdampak. Ada baiknya diberikan evaluai guna mengukur sampai sejauh mana pemahaman dan penyerapan akan hasil training. Pengukuran sederhana adalah berupa pre dan post test (yakni evaluai akan kemampuan atau ketrampilan peserta sebelum dan sesudah diberikan training)
·         Achievable, yang dapat dicapai oleh peserta, trainer, penyelenggara berdasarkan waktu, tempat dan fasilitas yang tersedia. Training juga dapat terselenggara dengan benar dan wajar, peserta pun dapat paham atau terampil sesuai dengan sasaran training yang ditetapkan.
·         Realistic berarti memenuhi kebutuhan training yang sebenarnya bukan hanya berdasarkan keinginan penyelenggara atau trainer. Training secara nyata mampu memberikan kontribusi pada individu dan pekerjaannya dan bukan sekedar wawasan di awang-awang yang sulit dicapai atau bahkan dipahami.
·         Timebound  yang berarti waktu pencapaian tujuan dapat di batasi, misal pelaksanaan training tentang skill A diberikan 2 hari namun hasil praktek di lapangan akan teramati setelah 1 minggu. Training bisa diberikan dengan batasan waktu tertentu, sehingga memudahkan pelaksanaan serta memperkirakan waktu efektivitas penerapan hasilnya[3].
Dengan cara-cara di atas, akan membantu saya untuk menjadi seorang trainer yang handal dalam menghadapi peserta training yang beragam. Namun sebelum nya ada poin pribadi dari saya sendiri yang sangat mendukung saya sebelum melaksanakan cara-cara di atas yakni adanya “Kemauan untuk Mencoba”. Sebab kemampuan tanpa ada kemauan hanya akan menjadi mimpi, sedangkan kemauan dengan sedikit kemampuan akan menjadi batu pijakan pertama untuk mampu menjadi seorang trainer. Saya akan mengikuti aspirasi, inspirasi dan semangat dari dalam diri saya sendiri untuk menjadi seorang Trainer yang handal.
Aspirasi, inspirasi dan semangat  atau idealisme ini, memiliki nuansa yang lebih tinggi dari sekedar kebutuhan dasar. Inilah yang jika kita resapi dengan baik dan penuh kesadaran, akan menempatkan diri dan kehidupan kita menjadi lebih alamiah, sesuai pertumbuhan usia, sesuai perkembangan kedewasaan dan kebijaksanaan kita yang masing-masing nya memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Kesadaran ini, akan mengaktivasi bergulirnya spiral besar kehidupan.
Kuncinya adalah terus belajar dan tetap belajar. Semakin kita belajar semakin kita memperkaya khasanah kehidupan. Semakin kaya kita akan khasanah kehidupan, maka kehidupan akan semakin meminta kita untuk berbagi dan mengaktualisasi diri. Beginilah hukum kehidupan. Diri kita adalah gerbang pelaluan, apa-apa akan menjadi rizki ketika ia sampai ke tempat nya. Apa yang masuk, perlu dikeluarkan. Diri ini Cuma wadah kecil bagi kehidupan. Normalnya kita hanya makan sehari 3 kali. Itupun harus dikeluarkan lagi, fenomena yang sma juga berlaku untuk kebijaksanaan kehidupan, untuk ilmu dan untuk pengetahuan. Tidak menyalurkannya ke tempat yang memerlukan, hanya akan membuat kita sakit.
Kucinya, tidak terjebak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar. Jika kita paksakan, sejalan dengan usia dan tuntutan alamiah kehidupan dengan segala kebutuhannya untuk makin dewasa dan makin bijaksana, kita akan mulai menemukan lubang-lubang kekosongan.
Menjadi Trainer merupakan kesempatan yang sangat berharga untuk bisa menilai dan bisa dinilai oleh orang lain tentang kinerja kita. Adapun karakteristik seorang trainer yang umum dijumpai adalah: cerdas, berwawasan, kreatif, inspiratif, bersemangat, empatik, menarik, antusias, aktif, dinamis, hangat, ramah, dekat, optimis, positif, dan fun / menyenangkan. Namun, masing-masing trainer tetap mempunyai  gaya dan kekhasan  sendiri yang menjadi personal branding-nya. Itulah yang meyakinkan saya untuk menjadi seorang Trainer.


[1] Muhammad Rustamadji, Dewi Gunawati Moot Court “Membedah Peradilan Pidana dalam Kelas Pendidikan Progresif”, Surakarta, CV Mefi Caraka, 2011,halaman 39
[2] John Dewey, Pengalaman dan Pendidikan, Yogyakarta, Kepel Press, 2008
[3] http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/165-menjaditraineritumudahv

Tidak ada komentar:

Posting Komentar