Selasa, 06 Januari 2015

DUTA LINGKUNGAN HIDUP KOTA SOLO


GREEN ECONOMY BERBASIS KOSMETIKA HERBAL
Oleh:
RISKA EGA WARDANI

Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Indonesia merupakan negara yang diberkahi keanekaragaman sumber daya alam yang sangat mumpuni bagi kelangsungan hidup manusia. Sebut saja Indonesia mempunyai iklim tropis yang memaksimalkan hidup dan tumbuhnya berbagai flora dan fauna di dalamnya. Namun sangat disayangkan apabila semua potensi tersebut sekejap hilang akibat keserakahan masyarakatnya yang mengeruk keuntungan tanpa mempertanggung jawabkan dampak buruk dari perbuatan tersebut.
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2012 hutan di Indonesia telah berkurang sebanyak 63% setiap tahun nya akibat pembalakan liar serta pembukaan lahan oleh beberapa perusahaan swasta. Mengapa ha itu bisa terjadi? Alasan pertama adalah masyarakat sendiri yang kurang dibekali pendidikan mengenai dampak lingkungan bagi keberlangsungan hidup manusia. Alasan kedua adalah masyarakat yang kurang menumbuhkan kesadaran moral terhadap pelestarian lingkungan. Alasan ketiga adalah rendahnya tingkat produktivitas masyarakat sehingga menyebabkan perekonomian yang memburuk, minim lapangan pekerjaan yang berdampak pada angka kemiskinan yang semakin melonjak tajam. Alasan keempat adalah keseriusan Pemerintah dalam mengelola lingkungan serta pemberian sanksi yang tidak tegas terhadap pelaku perusak lingkungan. Alasan kelima adalah minimnya sosialisasi, longgarnya perijinan pengrusakan lingkungan dengan dalih mensejahterakan masyarakat. Kelima hal tersebut yang secara pelan tapi pasti akan membinasakan lingkungan kita.
Lalu bagaimana kiprah mahasiswa sebagai seorang pemimpin yang berjuang dalam pelestarian lingkungan?
Penulis berkeyakinan sesuai ucapan dari Sang Proklamator kita Bapak Soekarno bahwa “Berikan aku sepuluh pemuda yang cinta akan tanah air Indonesia, maka aku akan menguncang dunia". Memang hal ini dapat diterima secara logis sebagai hal yang benar, mengingat pemuda termasuk dalam level manusia yang berumur produktif, dimana mereka menjadi poros utama dalam membangun negara. Jika digambarkan secara statistik, hingga kini komposisi penduduk Indonesia masih berbentuk “piramida”, dimana jumlah pemudanya belum mencapai titik ideal dibandingkan kaum usia non produktifnya. Mungkin inilah salah satu faktor penghambat mengapa banyak daerah Indonesia yang masih belum bisa maju. Solusi dari permasalahan tersebut adalah pemberdayaan putra bangsa secara efektif dan tepat sasaran, maka percepatan pembangunan negara pun dapat terlaksana dengan baik. Bukan tidak mungkin, putra bangsa ini nantinya juga pantas menjadi pilar-pilar nasional pembangun bangsa di masa depan. Bukankah itu juga yang menjadi mimpi para founding fathers dari negara ini yang ber”bhineka tunggal ika” ini?
Think globally, act locally menjadi sikap kunci dalam hal ini. Berpikir secara global dan bersikap secara lokal akan dapat menjadi sikap yang mendamaikan permasalahan tersebut. Tanpa berpikir secara global yang dibarengi dengan kesadaran akan kearifan lokal, kita akan dibodohi oleh rekayasa teori-teori kapitalis yang merongrong kekayaan sumber daya alam maupun sumber daya manusia di negara kita. Maka pemuda bangsa khususnya mahasiswa yang harus berperan penting di dalamnya.
Salah satu peran tersebut adalah menjadikan Mahasiswa sebagai Agent of Information, diharapkan mampu mempengaruhi atau menjadi penyuluh pada basis masyarakat baik dalam lingkup kecil maupun secara luas. Dengan tataran ideal seperti itu mahasiswa dapat mengambil peran kemasyarakatan yang lebih bermakna  sebagai corong penyuluh dan agen informasi bagi  masyarakat. Contoh riil nya kita menjadi guide tour dalam acara resmi penyuluhan lingkungan di setiap event nasional maupun internasional.
            Mahasiswa sebagai Inisiator of Change dimana mahasiswa menjadi inisiatif atau pencetus perubahan itu sendiri yang tentunya menjadi teladan ke arah yang lebih baik. Contoh riil nya di UNS sendiri terdapat komunitas go green campus yang rutin menggelar kampanye mengenai cinta lingkungan di event-event tertentu maupun di car free day. Keikutsertaan mahasiswa dalam lomba dan kegiatan peduli lingkungan.
            Lalu mengapa penulis tertarik mengenai Green Economy Berbasis Kosmetika Herbal?
Tak memungkiri besarnya jumlah angka reproduksi yang melahirkan kaum hawa daripada kaum adam di negara kita. Menjadikan tingkat konsumtif terhadap kosmetik meningkat tajam. Kosmetik illegal dan mengandung bahan berbahaya. seperti  Merkuri (Hg), Isotretinoin dan Hidrokinon yang dalam konsentrasi kecil pun dapat bersifat racun. Pemakaian Merkuri dalam krim pemutih dapat menimbulkan bintik-bintik hitam pada kulit, alergi, dan iritasi. Selain itu dapat menyebabkan kerusakan permanent pada jaringan syaraf, ginjal, gangguan perkembangan janian serta merupakan zat karsinogenik (menyebabkan kanker) bagi manusia. Demikian halnya dengan te­muan produk kosmetik ilegal. Sampai  dengan  Agustus  2012 BPOM sudah melaku­kan penga­wasan yang hasilnya ditemukan 66.720 kemasan kosmetika  ile­gal senilai Rp 1 miliar, kebanyakan kosmetik ilegal ini ditemukan di Makassar dan Ja­karta serta kota-kota besar lainnya.
Sedangkan pembuatan kosmetik herbal merupakan bentuk pemberdayaan kepada masyarakat sekaligus upaya peningkatan perekonomian keluarga. Hal tersebut  bentuk pelestarian budaya dengan menaman tanaman obat keluarga (Toga) yang dulu pernah digalakkan. Maksud dari Green Economy ini adalah dengan tetap melestarikan lingkungan, kedepannya produk kosmetik ini bisa dijadikan sebagai lahan bisnis. Sehingga terciptanya lapangan pekerjaan yang bisa memajukan perekonomian bangsa. Solo sebagai ikon pariwisata mampu mendatangkan keuntungan tersendiri. Bahwa para wisatawan sangat menyukai warisan kuno mengenai kuliner maupun kesenian leluhur. Kita bisa memberdayakan mahasiswa untuk menjadi teladan pelestarian lingkungan kepada masyarakat sekitar. Mulai penyuluhan, pembuatan dan pemasaran produk kosmetik herbal.
Penulis berkeyakinan bahwa mahasiswa memang sebagai harapan dan tumpuan dalam perbaikan dan kemajuan Bangsa Indonesia. Percayalah, membantu menyukseskan orang lain adalah cara tercepat menuju kesuksesan. Membantu memuliakan orang lain adalah cara tercepat menuju kemuliaan. Membantu membahagiakan orang lain adalah cara tercepat menuju kebahagiaan. Sungguh, ini adalah hukum kausalitas. Diharapkan kita tidak terlena dengan duniawi saja, melainkan tetap berkontribusi penuh dalam menebar benih perbaikan di masyarakat mengenai kecintaan kita terhadap lingkungan, tetap mengedepankan rasa nasionalisme yang membara serta yang terpenting adalah bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia sendiri.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar