GREEN ECONOMY BERBASIS KOSMETIKA HERBAL
Oleh:
RISKA EGA WARDANI
Berdasarkan
UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda
dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang
melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya. Indonesia merupakan negara yang diberkahi
keanekaragaman sumber daya alam yang sangat mumpuni bagi kelangsungan hidup
manusia. Sebut saja Indonesia mempunyai iklim tropis yang memaksimalkan hidup
dan tumbuhnya berbagai flora dan fauna di dalamnya. Namun sangat disayangkan
apabila semua potensi tersebut sekejap hilang akibat keserakahan masyarakatnya
yang mengeruk keuntungan tanpa mempertanggung jawabkan dampak buruk dari perbuatan
tersebut.
Data
dari Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2012 hutan di Indonesia telah
berkurang sebanyak 63% setiap tahun nya akibat pembalakan liar serta pembukaan
lahan oleh beberapa perusahaan swasta. Mengapa ha itu bisa terjadi? Alasan
pertama adalah masyarakat sendiri yang kurang dibekali pendidikan mengenai
dampak lingkungan bagi keberlangsungan hidup manusia. Alasan kedua adalah
masyarakat yang kurang menumbuhkan kesadaran moral terhadap pelestarian
lingkungan. Alasan ketiga adalah rendahnya tingkat produktivitas masyarakat
sehingga menyebabkan perekonomian yang memburuk, minim lapangan pekerjaan yang
berdampak pada angka kemiskinan yang semakin melonjak tajam. Alasan keempat
adalah keseriusan Pemerintah dalam mengelola lingkungan serta pemberian sanksi
yang tidak tegas terhadap pelaku perusak lingkungan. Alasan kelima adalah
minimnya sosialisasi, longgarnya perijinan pengrusakan lingkungan dengan dalih
mensejahterakan masyarakat. Kelima hal tersebut yang secara pelan tapi pasti
akan membinasakan lingkungan kita.
Lalu bagaimana
kiprah mahasiswa sebagai seorang pemimpin yang berjuang dalam pelestarian lingkungan?
Penulis berkeyakinan
sesuai ucapan dari Sang Proklamator kita Bapak Soekarno bahwa “Berikan aku sepuluh pemuda yang cinta akan tanah air Indonesia,
maka aku akan menguncang dunia". Memang hal ini dapat diterima
secara logis sebagai hal yang benar, mengingat pemuda termasuk dalam level
manusia yang berumur produktif, dimana mereka menjadi poros utama dalam
membangun negara. Jika digambarkan secara statistik, hingga kini komposisi penduduk
Indonesia masih berbentuk “piramida”, dimana jumlah pemudanya belum mencapai
titik ideal dibandingkan kaum usia non produktifnya. Mungkin inilah salah satu
faktor penghambat mengapa banyak daerah Indonesia yang masih belum bisa maju. Solusi dari permasalahan tersebut adalah pemberdayaan putra bangsa secara efektif dan tepat sasaran, maka percepatan pembangunan negara pun dapat
terlaksana dengan baik. Bukan tidak mungkin, putra bangsa ini nantinya juga
pantas menjadi pilar-pilar nasional pembangun bangsa di masa depan. Bukankah
itu juga yang menjadi mimpi para founding
fathers dari negara ini yang
ber”bhineka tunggal ika” ini?
Think
globally, act locally menjadi sikap kunci
dalam hal ini. Berpikir secara global dan bersikap secara lokal akan dapat
menjadi sikap yang mendamaikan permasalahan tersebut. Tanpa berpikir secara
global yang dibarengi dengan kesadaran akan kearifan lokal, kita akan dibodohi
oleh rekayasa teori-teori kapitalis yang merongrong kekayaan sumber daya alam
maupun sumber daya manusia di negara kita. Maka pemuda bangsa khususnya
mahasiswa yang harus berperan penting di dalamnya.
Salah
satu peran tersebut adalah menjadikan Mahasiswa sebagai
Agent of Information, diharapkan
mampu mempengaruhi atau menjadi penyuluh pada basis masyarakat baik dalam
lingkup kecil maupun secara luas. Dengan tataran ideal seperti itu mahasiswa
dapat mengambil peran kemasyarakatan yang lebih bermakna sebagai corong
penyuluh dan agen informasi bagi masyarakat. Contoh riil nya kita menjadi
guide tour dalam acara resmi
penyuluhan lingkungan di setiap event
nasional maupun internasional.
Mahasiswa
sebagai Inisiator of Change dimana
mahasiswa menjadi inisiatif atau pencetus perubahan itu sendiri yang tentunya
menjadi teladan ke arah yang lebih baik. Contoh riil nya di UNS sendiri
terdapat komunitas go green campus yang rutin menggelar
kampanye mengenai cinta lingkungan di event-event tertentu maupun di car free day. Keikutsertaan mahasiswa
dalam lomba dan kegiatan peduli lingkungan.
Lalu mengapa penulis tertarik
mengenai Green Economy Berbasis Kosmetika
Herbal?
Tak
memungkiri besarnya jumlah angka reproduksi yang melahirkan kaum hawa daripada
kaum adam di negara kita. Menjadikan tingkat konsumtif terhadap kosmetik
meningkat tajam. Kosmetik
illegal dan mengandung bahan berbahaya. seperti Merkuri (Hg), Isotretinoin dan Hidrokinon yang dalam konsentrasi kecil pun dapat
bersifat racun. Pemakaian Merkuri dalam krim pemutih dapat menimbulkan
bintik-bintik hitam pada kulit, alergi, dan iritasi. Selain itu dapat
menyebabkan kerusakan permanent pada jaringan syaraf, ginjal, gangguan
perkembangan janian serta merupakan zat karsinogenik (menyebabkan kanker) bagi manusia. Demikian halnya dengan temuan produk kosmetik
ilegal. Sampai dengan Agustus 2012 BPOM sudah melakukan pengawasan
yang hasilnya ditemukan 66.720 kemasan kosmetika ilegal senilai Rp 1
miliar, kebanyakan kosmetik ilegal ini ditemukan di Makassar dan Jakarta serta kota-kota besar
lainnya.
Sedangkan pembuatan
kosmetik herbal merupakan bentuk pemberdayaan kepada masyarakat sekaligus
upaya peningkatan perekonomian keluarga. Hal tersebut bentuk pelestarian budaya dengan menaman
tanaman obat keluarga (Toga) yang dulu pernah digalakkan. Maksud dari Green
Economy ini adalah dengan tetap melestarikan
lingkungan, kedepannya produk kosmetik ini bisa dijadikan sebagai lahan bisnis.
Sehingga terciptanya lapangan pekerjaan yang bisa memajukan perekonomian
bangsa. Solo sebagai ikon pariwisata mampu mendatangkan keuntungan tersendiri.
Bahwa para wisatawan sangat menyukai warisan kuno mengenai kuliner maupun
kesenian leluhur. Kita bisa memberdayakan mahasiswa untuk menjadi teladan pelestarian
lingkungan kepada masyarakat sekitar. Mulai penyuluhan, pembuatan dan pemasaran
produk kosmetik herbal.
Penulis
berkeyakinan bahwa mahasiswa memang sebagai harapan
dan tumpuan dalam perbaikan dan kemajuan Bangsa Indonesia. Percayalah, membantu
menyukseskan orang lain adalah cara tercepat menuju kesuksesan. Membantu
memuliakan orang lain adalah cara tercepat menuju kemuliaan. Membantu
membahagiakan orang lain adalah cara tercepat menuju kebahagiaan. Sungguh, ini
adalah hukum kausalitas. Diharapkan kita tidak terlena dengan duniawi saja,
melainkan tetap berkontribusi penuh dalam menebar benih perbaikan di masyarakat
mengenai kecintaan kita terhadap
lingkungan, tetap mengedepankan rasa nasionalisme yang
membara serta yang terpenting adalah bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar